Selasa, 02 Februari 2010



MEDAN-Namanya Yang Sen Siong. Panggilannya Rony. Umurnya 25 tahun. Wajahnya ganteng. Empat tahun terakhir, karirnya di sebuah perusahaan perkebunan sawit terbesar di Indonesia, merangkak naik hingga menduduki jabatan manager keuangan. Tapi semua itu kemarin (1/2) siang diakhirinya dengan bunuh diri dari lantai 7 gedung Thamrin Plaza, Medan.


Aksi nekat warga Jl. Brigjen Katamso, Gg. Sehat, No. 5, Medan, itu persis terjadi sekira pukul 13.55 WIB. Setelah berkali-kali melepaskan tarikan tangan ibunya, Ny. Oe Sim Hong, Rony menerjunkan dirinya dari lantai 7 plaza yang tengah ramai pengunjung itu. Ny. Oe sontak menjerit minta tolong. Ratusan pengunjung pusat perbelanjaan itu kontan terkejut. Sesuai petunjuk heboh dari petugas security Thamrin Plaza, ratusan pengunjung itu berlarian ke lantai 2.

Ny. Oe terus melengking histeris. Wajahnya pucat. Sebelum tergopoh turun, wanita 60 tahun itu sesaat melongok sambil memegang tiang besi pengaman lantai 7. Ia melihat ke bawah, ke arah tubuh bungsu kesayangannya yang telungkup belepotan darah di lantai 2. Rony tragis. Kepalanya pecah.

“Saya tak bisa bilang apa-apa lagi,” kata Oe dengan tangis makin keras, setiba di lantai 2, dekat jasad anaknya. “Ngeri kami melihatnya,” komentar Vivi, sales girl toko sepatu tepat di depan lokasi tubuh Rony terhempas keras. “Saya sempat lihat dia melompat,” sambung Fery, waitres Kafe QQ di plaza yang sebelumnya tercatat 2 kali jadi ajang terjun bebas pengunjungnya. “Sebelumnya dia (Rony) sempat terlihat merengek-rengek pada wanita tua itu (Oe),” sambung Fery.

Bahkan beredar kabar di kalangan pengunjung di lantai 7, aksi terjun Rony terjadi karena ibunya tidak membelinya hape Blackberry. “Selopnya sempat jatuh di lantai 6 ini. Kami dengar-dengar dia merengek-rengek setelah mamaknya tidak membelikan hape Blackbery,” kata Fani, SPG di Matahari Store.

Di sela kehebohan banyak orang mengerumuni tubuh Rony, petugas security Thamrin Plaza lalu membopong jasad Rony ke RS Methodist, tak jauh dari plaza itu. Tapi setiba di rumah sakit itu, Rony dinyatakan tewas. Guna visum, jenazahnya lalu dibawa ke RSU Pirngadi, Medan. Kapolsekta Medan Area AKP Juliani yang turun ke Thamrin Plaza, hingga kemarin mengaku masih memeriksa sejumlah saksi peristiwa ini.

Menurut ibunya, Rony terakhir menjabat sebagai manager produksi di PT. Permata Hijau Sawit (PHS), perusahaan perkebunan sawit yang berlokasi di Dumai, Riau. Sejak 4 tahun lalu dia berkarir di perusahaan nasional itu. Sebelum itu, dia juga pernah bekerja di PT. Musim Mas, juga perusahaan pengolahan CPO. Tapi beberapa bulan terakhir ini, menurut Ny. Oe, Rony pulang ke Medan dengan kondisi jiwa tak lagi normal. “Sepulang dari Dumai, (jiwa) dia seperti sudah terganggu,” ucap Oe. Sementara, sumber POSMETRO MEDAN mengungkapkan, tindakan nekat Rony diduga terkait dengan masalah pajak yang melilit perusahaan tempatnya bekerja, PT. PHS.

“Yang Sen Siong alias Rony bekerja di bagian keuangan perusahaan perkebunan swasta nasional itu. Nah, soal pajak, dia yang selama ini berurusan dengan pihak kantor pajak,” ujar sumber itu.

Belakangan, lanjut Sumber pihak kantor pajak menemukan sesuatu yang tidak beres soal pajak PT. PHS. Karena pemilik perusahaan dikabarkan sudah tidak berada di Indonesia, Rony lah yang dauber-uber petugas kantor pajak. “Mungkin itu masalahnya, dia stress,” tegas sumber itu. Sayangnya, pihak Kantor Pajak Sumut yang dikonfirmasi melalui Ramram Brahmana tidak bersedia memberi informasi soal kasus ini. “Anda salah, Anda mau bicara dengan siapa,” kata Brahmana sembari memutus pembicaraan. SMS berisi pertanyaan soal benar atau tidaknya PT. PHS terlilit pajak, tak dijawab oleh Brahmana.

Dirjen Pajak Diminta Tindak PT. PHS

Sementara, sebuah media lokal kemarin melansir soal desakan terhadap Dirjen Pajak agar tegas menindak PT Permata Hijau Sawit (PHS) setelah ditemukan dugaan adanya penggelapan pajak. Seruan ini datang dari kalangan mahasiswa asal Sosa, Palas. Temuan Dirjen Pajak terhadap PT. PHS itu juga dilontar Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Padang Lawas (Gema Padang Lawas) Ansor Harahap, didampingi Sekjend Ahmad Habibi Dalimunthe, bersama Ketua Jaringan Penegak Masyarakat Demokrasi (JPMD) Zainal Arifin S dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Sosa Sekitarnya (IMSS) Edi Harahap.

“Dirjen Pajak jangan takut menindak PT PHS yang diyakini merugikan negara hingga ratusan miliar karena pajak untuk pembangunan. Uang sebesar sangat membantu keuangan negara untuk sektor pembangunan prioritas, khususnya di Sumut,” kata Ansor.

Untuk itu, penggeledahan dan penyitaan dokumen harus ditindaklanjuti serius oleh Dirjen Pajak walau kasusnya masih baru. Mereka berharap Dirjen Pajak benar-benar melakukan perhitungan yang detail dan menyeluruh terhadap kerugian negara yang dibuat PT PHS. Mahasiswa juga akan terus melakukan pengawalan terhadap kasus ini dan berencana memperluas pengawasannya dengan mengajak LSM, mahasiswa, dan akuntan/konsultan pengaduan pajak yang peduli terhadap pelanggaran pajak yang dilakukan perusahaan. Mereka juga meminta agar kasus ini dibawa kepada masalah hukum pidana guna menciptakan efek jera terhadap perusahaan wajib pajak yang kerap melakukan penipuan dan persekongkolan dengan pihak perpajakan.

Senada dengan itu Edi Harahap yang berasal dari Kecamatan Sosa, Padang Lawas, daerah lahan sawit milik PT PHS dengan tiga pabrik kelapa sawit mengatakan, pengusutan kasus ini akan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan sebesar PHS. Apalagi perusahaan ini sering bermasalah dengan rakyat lemah di Padang Lawas dan diduga melakukan pencemaran lingkungan di daerah aliran sungai (DAS) Sosa dan Barumun.

“Kami mahasiswa Sosa sangat mendukung penggunaan pidana yang akan dilakukan Dirjen Pajak terhadap PT PHS,” kata Edi. PT PHS diduga melakukan kejahatan pajak dengan modus transfer pricing. Dari informasi yang diperoleh transfer pricing di perusahaan-perusahaan sawit biasanya dilakukan dengan modus mengurangi nilai rendemen sawit di laboratorium. Sebab, semakin rendah rendemen, semakin murah harganya dan semakin kecil pajak ekspor yang harus dibayar. Sesampainya di negara tujuan, sawit kembali masuk laboratorium untuk menentukan rendemen yang sebenarnya. (johan/janopa)

Dari RS Jiwa Sampai Dukun

KARIR gemilang di PT. PHS ternyata membawa Rony menjadi pengidap depresi. Saking depresi, ia berkal-kali dirawat di sejumlah psikiater hingga rumah sakit jiwa. Bahkan, sehari sebelum bunuh diri, Rony lari dari sebuah klinik rehabilitasi jiwa di Medan.

Roni lari dari Klinik Gresia, Jl. Sembada, Padang Bulan, Medan, pada Minggu (31/1) lalu. Ia pulang ke rumah orang tuanya di Jl. Jl. Brigjen Katamso, Gg. Sehat, No. 5, Medan. Sehari di rumah, kemarin siang Rony mengajak ibunya ke Thamrin Plaza. Saat ibu dan anak itu pergi, seorang perawat Klinik Gresia juga sibuk mengontak ibu Rony, Ny. Oe, guna membawa kembali puteranya ke klinik itu.

“Saya sudah bilang sama perawat itu, kalau mau ambil dia nanti saja di luar Thamrin (Plaza), setelah kami selesai makan. Tapi perawat itu terus menelepon saya,” ungkap Oe kesal karena gara-gara perawat yang ngotot ingin membawa puteranya itulah yang membuat Rony takut hingga terjun dari Thamrin Plaza.

“Karena telepon itu Rony jadi gusar, karena dia nggak mau balik ke klinik itu, katanya dia tersiksa di situ,” kata Oe.

Sebelum opname di Klinik Gresia sejak Desember 2009, Rony dirawat di Rumah Sakit Jiwa Jl. Gandhi, Medan. Karena tak kunjung ada perubahan, menurut Oe, keluarga merujuk Rony ke praktek dr. Raharjo di Jl. Iskandar Muda, Medan. Setelah menjalani perawatan selama 11 hari, keluarga kembali merujuknya ke praktek dr. Kolman Saragih. Tapi selama 3 hari dirawat oleh dokter itu, kondisi Siong tak juga sembuh. Rony lalu dibawa ke RS Herna. Tapi sama saja, kondisi Rony tetap tak mengalami perubahan.

Bahkan, atas permintaan tolong Oe, Muklis (44), Kepala Lingkungan VI, Kel. Suka Raja, Kec. Medan Maimun, mengaku pernah membawa Roni ke dua paranormal. “Yang namanya orang tua, mana ada yang mau anaknya susah. Ibu Rony pernah meminta tolong sama saya untuk bawa Rony ke orang pintar,” ungkap Mukhlis. “Saya pernah bawa dia ke (dukun) Jl. Saga dan Jl. Mandala, tempat kawan saya,” sambungnya.

Setelah menerawang, dua dukun itu mengklaim Rony sakit jiwa akibat serangan guna-guna teman kerjanya. “Biasalah, kalau dukun selalu bilang kena guna-guna. Katanya, teman satu kerjaan dia yang buat. Yang mau ngincar kedudukan sebagai Manager Keuangan yang dijabatnya, “ tandasnya. “Sudah capek saya bawa anak ini berobat ke mana-mana, tapi nggak sembuh-sembuh juga,” kata Oe.

sumber: http://feedproxy.google.com/~r/IdeGueSihGiniKloKamu/~3/TtRrO5s2D4Y/wah-manajer-bunuh-diri-di-thamrin-plaza.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar