Rabu, 03 Februari 2010


Prolog :


Sesosok tubuh anak muda berkulit putih yang sudah tidak bernyawa itu terbungkus kain putih dan dalam keadaan terikat kedua tangan dan kakinya, para pengusung jenazah tersebut dengan hati-hati menurunkan bungkusan yang dipanggul oleh salah seorang lelaki dan lelaki itu kini meletakkan bungkusan tersebut dan membuka kain kafan yang membungkusnya dan kemudian menelungkupkan jenazah anak muda tersebut di atas sebuah altar, dan segera membuka kedua ikatan tangan dan kakinya. Salah seorang pendeta yang bertugas memimpin ritual maju ke depan dengan mengenggam sebatang parang yang nampak tajam berkilat, sementara itu para pelayat yang hadir di tempat sunyi itu nampak diam khidmat menyimak upacara yang segera dimulai dengan iringan nyanyian-nyanyian suci yang ritmik menghipnotis dan makin lama makin bergema dan irama yang berayun-ayun magis, angin yang semula bertiup sepoi-sepoi mendadak seolah berhenti, suasana makin mencekam, hanya nyanyian para pendeta yang terdengar makin kompak dan menyatu, kemudian............satu, dua tida dan......

"Croooooooooook...crooooooooooooooooook...creeeeeeeeeees..............."

Mata parang yang tajam terdengar nyaring. Ya, proses memotong-motong tubuh jenazah telah dimuali. Suasana makin mencekam. Seemntara lelaki yang tengah melakukan 'deed' tersebut tampak kalem dan begitu tenggelan dalam pekerjaannya, hanya sekali-kali terdengar bunyi parangnya di tengah-tengah gemuruh suara burung bangkai yang mulai ribut dan juga doa-doa suci yang berasal dari para pendeta yang mengelilingi lelaki tersebut. Puluhan burung bangkai sudah nampak bergerombol menanti makan siang yang hampir siap.


Topik pemakaman
sky burial ini kembali mengusikku. Beberapa hari lalu, secara tidak sengaja, aku came accross salah satu web log yang mengupas tentang hal ini, jujur topik ini seolah kembali membuka 'memori' lama salah satu artikel yang pernah kutulis untuk koki. Kira-kira dua minggu sebelumnya, ketika lagi-lagi aku came accross chatting dengan tokoh KoKiers beken Ria Kansas yang juga dalam salah satu topik chattingan kembali membuka 'memori' artikel tersebut yang menurut beliau, Ria terkesan oleh artikel tersebut. Pengakuan Ria membuatku melambung dan terbersit keinginan untuk kembali menulis topik sama, dan niat semakin kuat ketika 'baru' dua malam lalu, kembali aku seolah diingatkan oleh niat ini, gara-gara menonton film yang dalam salah satu adegannya, menampilkan upacara sky burial ini, yang ilustrasinya ada di bagian 'prolog' tulisan ini.

Ritual pemakaman
sky burial yang walau tidak banyak tetapi masih tetep ada sampai sekarang. Adalah sebuah sekte dari agama di Tibet terutama yang masih percaya akan reinkarnasi, masih melakukan ritual pemakaman sky burial. Metode penguburan mayat ini tidak berlaku untuk sembarang mayat. Ritual ini tidak untuk orang yang pada waktu menjadi almarhum/mah belum berusia 18 tahun, atau bagi wanita hamil yang meninggal atau orang-orang yang meninggal karena penyakit menular dan berbahaya.

Pada dasarnya, selain dikubur layaknya di belahan bumi manapun, di Tibet khususnya, masih ada tiga jenis pemakaman, yaitu : dipersembahkan kepada laut (
water burial, yaitu metode penguburan dimana mayat di berikan kepada ikan-ikan untuk jadi santapan sang ikan di laut), yang kedua adalah : dikremasi dan yang terakhir adalah sky burial ini, yaitu metode penguburan mayat dimana tubuh mayat dipersembahkan kepada vultures atau burung bangkai.

Pemakaman ini berpangkal pada logika karena adanya kesuliatn untuk menggali kubur dan mencari kayu untuk mengkremasi mayat, hal ini seperti kita ketahui bahwa kondisi geografis Tibet yang bergunung-gunung yang seringkali sangat terjal sangat menyulitkan pemakaman 'normal' dan karena alasan inilah, dari sekian aliran agama di Tibet, ada sebuah kelompok aliran tertentu di Tibet yang lebih senang mengubur mayat dengan metode sky burial. yang intinya adalah memberikan jazad almarhum kepada burung pemakan bangkai. Dipercaya bahwa sky burial akan lebih mempercepat roh si mati untuk naik ke nirvana . Perjalanan akan jauh lebih cepat dengan bantuan burung vultures. Yang dalam bahasa Tibet disebut Dakinis atau terjemahannya adalah "sky dancer' yang berarti "angel".

Ritual penguburan ini, dinilai sangat barbar dan keji, dan juga dianggap tidak menghormati mayat yang bersangkutan dan oleh karenanya, upacara sky burial ini pernah dilarang oleh pemerintah China ketika China komunis masih berkuasa di Tibet pada tahun 1960-1970, namun pada tahun 1980 an pemerintah Tibet mengijinkan kembali acara ini untuk tetep berlangsung, karena bagaimanpun juga model ritual ini selain masih dilakukukan oleh sebagian masyarakat, walau sudah dilarang,.

Sky burial juga merupakan ritual agama yang mempunyai arti sangat penting bagi kelompok yang menyakininya dan merupakan warisan budaya Tibet juga . Bahkan di tahun-tahun belakangan juga menarik para jurnalis dunia untuk menggali berbagai informasi tentang Sky burial dan juga tentu menarik para turis, walau upacara sky burial ini lebih sering dilakukan sangat tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang bisa menyaksikan jalannya upacara yang mendirikan bulu roma ini.

How about the actual ritual...?? Apakah hanya merupakan isapan jempol saja atau memang benar-benar ada?



Here the details :
Pertama-tama jika ada anggota keluarga yang meninggal, maka mayat si orang tersebut akan didiamkan selama 3 hari sampai 7 hari tanpa disentuh. Kemudian setelah anggota keluarga setuju mengenai jenis pemakaman apa yang hendak dilakukan, barulah mereka menyiapkan ubo rampenya. Pada umumnya mereka memilih metode sky burial. Ya, karena dengan kepercayaan kuat bahwa burung vulture akan mempercepat proses si arwah untuk naik ke sorga. Dengan kata lain : thanks to the vultures. Sky burial faktanya memerlukan dana cukup besar, walau masih dibilang jauh lebih murah jika dibanding dengan upacara kremasi.

Ketika kematian menimpa sebuah keluarga, maka pihak keluarga akan segera mengundang pendeta yang akan mengepalai upacara dan selanjutnya sang pimpinan pendeta akan menunjuk juga pendeta-pendeta lain yang tugasnya membakar hio dan
chanting doa, mendoakan arwah yang meninggal dan juga sang pemimpin menunjuk seorang yang disebut "flesh breaker" sang jagal mayat yang tugasnya sangat vital dalam upacara ritual. Seorang flesh breaker kehadirannya adalah mutlak karena tugas inti dari ritual pemakaman ini ada di pundaknya. Lebih sering flesh breaker lebih dari satu.

Setelah si mayat dimandikan dan dibersihkan, tubuh si mayat dibungkus dengan kain putih dan di arak ke tempat upacara dengan cara ditandu atau hanya digendong di pundak. Dalam beberapa video yang aku saksikan upacara sky burial sering dilakukan secara kolektif juga, Biasanya di sebuah kuil, dimana upacara pre-penguburan, mayat lebih dari satu. Kadang-kadang dalam suatu upacara bisa terdiri dari lima mayat sekaligus. Mereka berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Satu-satu mayat datang dengan dipanggul dan dalam keadaan ditekuk seperti duduk. Dan kemudian mayat diletakkan di salah satu hall di kuil tempat diadakan ritual dan didoakan sebelum diangkut ke lokasi pemakaman. Tempatnya biasanya berlokasi di puncak gunung, dan yang dianggap punya makna khusus. Dengan diiringi kepulan asap hio yang tiada henti mengepul, serta doa-doa pendeta yang penuh khidmad mereka menuju tempat penguburan.

Ritual upacara ini sangat tertutup bagi masyarakat umum dan biasanya juga tidak banyak yang menyaksikan. Walau disarankan anggota keluarga turut menyaksikan
sky burial untuk menyaksikan "kenaikan" arwah orang tercinta dalam memulai perjalanannya menuju ke nirvana. Kelompok penganut agama ini percaya bahwa tubuh manusia yang sudah meninggal adalah hanya sebagai " vessel atau wadag" saja, artinya sudah tidak ada maknanya, dan sesuai dengan ajaran agama mereka yang berdasar "memberi" maka dengan dipersempahkan wadag ini kepada burung, akan membantu makhluk lemah yang perlu survive untuk hidup, dalam hal ini memberi makan vultures dengan potongan daging berasal dari jazad yang meninggal juga merupakan simbol suci agama tersebut. (dakinis)

Setelah iring-iringan pengangkut mayat tiba di tempat upacara, mayat dibaringkan dalam posisi fetal (seperti ketika bayi dilahirkan) di atas sebuah altar yang berbetuk batu besar dengan permuakaan datar yang berada di tengah-tengajh lokasi. Setelah itu, dibuka kain pembungkusnya dan mayat dalam keadaan telanjang, yang tak jarang juga sudah berbau busuk dan bengkak-bengkak kemudian sang pendenta melakukan doa-doa dan tugas si flesh breaker ini dimulai. Dia akan segera memotong-motong tubuh si mayat dan memisahkan antara daging dan tulang, dan hanya meninggalkan kepala dan rambut. Biasanya mereka menyimpan rambut untuk dibawa pulang atau ada yang disimpan di kuil-kuil, walau tak jarang mereka juga memecah kepala mayat dan mengambil tengkoraknya dan dibawa pulang untuk dijadikan sebuah cangkir untuk minum teh talking about a cup of butter tea......But of course, cangkir inipun lebih bermakna simbolis saja.



Proses selanjutnya adalah sang pendeta akan memanggil puluhan burung bangkai yang ginuk-ginuk yang sudah ngiler kelaparan dan tidak sabar menanti dinner. Mereka bergerombol terbang rendah di sekitar altar dan dengan panggilan khusus dari pemimpin upacara,


"...tzsoooooooooooooooooo...tzshooooooo..............tzshoooooooooooo......."


dan....bebbeerrrrrrrrrrrrrrrrr berpuluh-puluh monster yang sudah menunggu mulai pesta pora tanpa membuag waktu lagi, and the real party is started. Burung-burung yang kelaparan mulai merayah organ-organ dalam si mayat yang dilemparkan oleh si pendeta sebagai
appetizer. Setelah platter antipasto organ lenyap di mulut para burung, dilanjut dengan daging-daging yang di sebarkan ke arah mereka. Darah berceceran di TKP semakin membuat barisan burung bangkai mad as a hell. Seasana makin sinister. Mereka menimbulkan suara gaduh yang mendirikan bulu roma.

Setelah kenyang, mereka terbang , namun ada juga dari sekian puluh yang belum kebagian jatah makan siang masih konsentrasi di tempat menunggu sisa-sisa daging. Si flesh breaker akan melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai, yaitu mengumpulkan tulang belulang si mayat, setelah itu dia mengambil palu dan mulai meremukkan tulang belulang sampai menjadi serpihan-serpihan kecil, atau berupa bubuk tulang dan setelah serpihan yang sudah terkumpul termasuk kadang-kadang otak, maka bubuk tulang tersebut dicampur dengan tsampa (tepung barley) makanan khas Tibet dan juga kadang-kadang dicampur dengan Yak butter (sejenis keledai/sapi/or kebo), setelah itu, adonan itu disebar ke penjuru tempat ritual dengan maksud diberikan kepada burung-burung yang lebih kecil lainnya seperti burung gagak atau rajawali.

Para peserta ritual ini belum boleh meninggalkan arena kalau belum diyakini benar bahwa tidak ada sisa-sisa sedikitpun dari tubuh si mayat yang berserakan, alias bersih..sih. Sehingga tidak ada yang sampai ketinggalan untuk kembali ke nirvana. Setiap inci tubuh mayat tidak ada yang boleh ketinggalan secuil pun.

Burung vultures ini dipercaya bukan hanya sekedar makan sepotong dua potong daging si almarhum, tetapi actually they are removing the body and completing the life's cycle.

Memang nampaknya metode penguburan sky burial ini sangat kejam dan brutal sekali, tetapi itulah kenyataan yang ada di dunia ini, aneh tetapi nyata. Berbagai macam adat istiadat yang mungkin bagi sebagian orang sangat kejam tetapi bagi orang lain merupakan sebuah "deed". Lain ladang lain belalang. Simple as that.

sumber: http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/1256/ritual_penguburan_mayat_paling_sadis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar