KOMPAS.com — Pakar linguistik dari Universitas Kristen Petra Surabaya, Prof Dr Esther Kuntjara, menilai bahwa sejumlah situs jejaring sosial di dunia maya, seperti Facebook dan Twitter, serta sejenisnya telah merusak bahasa.
"Hal itu karena dunia maya menggunakan bahasa lisan yang ditulis, bukan bahasa tulis atau bahasa lisan sehingga bahasa lisan yang ditulis dapat mengacaukan bahasa baku," katanya dalam seminar di kampus setempat, Selasa (1/6/2010).
Setelah berbicara dalam seminar "Language in The Online and Offline World (LOOW)" yang digagas Jurusan Sastra Inggris UK Petra Surabaya itu, dosen UK Petra Surabaya tersebut menyatakan, bahasa lisan yang ditulis itu dikenal dengan istilah alay.
"Saya sendiri tahu istilah bahasa alay itu justru dari penelusuran melalui Facebook. Yang jelas, bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan, dan gambar sehingga semuanya menjadi kacau," katanya.
Menurut alumni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu, kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat.
"Misalnya, kalau menyatakan tertawa keras ditulis dengan LOL. Padahal, mungkin saja penulis itu justru sedang marah, bukan tertawa, sehingga semuanya menjadi kacau atau rumit," kata alumni S2 dari San Francisco State University, AS, itu.
Anehnya, bahasa yang rusak itu katanya justru dianggap sebagai kreativitas. "Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau rusak-rusakan kok dibilang kreatif, sih," katanya sambil tersenyum.
Dosen yang juga alumni S3 dari Indiana University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), itu mengatakan bahwa dunia maya juga memunculkan sosok yang mudah berubah dalam satu waktu. "Identitas dalam dunia maya itu mudah diubah sehingga kalau kita mau, apa saja bisa, bahkan bicara dengan sekian orang dengan karakter berbeda juga bisa, apalagi mengubah status di Facebook itu juga sangat mudah," katanya.
Ia menambahkan kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas dalam dunia maya itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individualis. "Bagaimana tidak dikatakan asosial, karena ayah, ibu, dan anak mengetahui kegiatan masing-masing hanya lewat dunia maya. Di dalam Facebook, si anak bilang saya sedang mandi, si ibu bilang kalau dirinya sedang makan, dan sebagainya. Semuanya lewat BB (Blackberry)," katanya.
Di lain pihak, dalam kondisi seperti itu, katanya, Indonesia sangat tertinggal dalam kosa kata baru dalam istilah teknologi informasi sehingga orang mengambil bahasa aslinya, seperti komputer, online, download, upload, dan website, serta sebagainya. "Memang sudah diupayakan download diterjemahkan dengan unduh atau website dengan laman, tapi hal itu kalah cepat sehingga hal itu tidak laku," katanya.
sumber:http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/06/01/20375867/Facebook.dan.Twitter.Rusak.Bahasa-12
"Hal itu karena dunia maya menggunakan bahasa lisan yang ditulis, bukan bahasa tulis atau bahasa lisan sehingga bahasa lisan yang ditulis dapat mengacaukan bahasa baku," katanya dalam seminar di kampus setempat, Selasa (1/6/2010).
Setelah berbicara dalam seminar "Language in The Online and Offline World (LOOW)" yang digagas Jurusan Sastra Inggris UK Petra Surabaya itu, dosen UK Petra Surabaya tersebut menyatakan, bahasa lisan yang ditulis itu dikenal dengan istilah alay.
"Saya sendiri tahu istilah bahasa alay itu justru dari penelusuran melalui Facebook. Yang jelas, bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan, dan gambar sehingga semuanya menjadi kacau," katanya.
Menurut alumni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu, kekacauan bahasa itu terlihat karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan secara tidak tepat.
"Misalnya, kalau menyatakan tertawa keras ditulis dengan LOL. Padahal, mungkin saja penulis itu justru sedang marah, bukan tertawa, sehingga semuanya menjadi kacau atau rumit," kata alumni S2 dari San Francisco State University, AS, itu.
Anehnya, bahasa yang rusak itu katanya justru dianggap sebagai kreativitas. "Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau rusak-rusakan kok dibilang kreatif, sih," katanya sambil tersenyum.
Dosen yang juga alumni S3 dari Indiana University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), itu mengatakan bahwa dunia maya juga memunculkan sosok yang mudah berubah dalam satu waktu. "Identitas dalam dunia maya itu mudah diubah sehingga kalau kita mau, apa saja bisa, bahkan bicara dengan sekian orang dengan karakter berbeda juga bisa, apalagi mengubah status di Facebook itu juga sangat mudah," katanya.
Ia menambahkan kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas dalam dunia maya itu melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individualis. "Bagaimana tidak dikatakan asosial, karena ayah, ibu, dan anak mengetahui kegiatan masing-masing hanya lewat dunia maya. Di dalam Facebook, si anak bilang saya sedang mandi, si ibu bilang kalau dirinya sedang makan, dan sebagainya. Semuanya lewat BB (Blackberry)," katanya.
Di lain pihak, dalam kondisi seperti itu, katanya, Indonesia sangat tertinggal dalam kosa kata baru dalam istilah teknologi informasi sehingga orang mengambil bahasa aslinya, seperti komputer, online, download, upload, dan website, serta sebagainya. "Memang sudah diupayakan download diterjemahkan dengan unduh atau website dengan laman, tapi hal itu kalah cepat sehingga hal itu tidak laku," katanya.
sumber:http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/06/01/20375867/Facebook.dan.Twitter.Rusak.Bahasa-12
Wahhh... aku dah jarang facebookan dan twitteran ngger... hahaha...
BalasHapusitulah kenyataannya..tapi klo resmi2 juga malah kaku wong namanya basa shari2..klo istilah teknologi mang kenyataannya indo tertinggal jauhhhhhhhh
BalasHapusbahasa alay juga ngaco abis dah
BalasHapusy nggak mgkn jg sttus fb pke bhasa baku kan.. tp y swjarny lah.. nggak kacau, gitu..
BalasHapusbahasaku di blog bagaimana ya?
BalasHapusapalagi kalau sudah pakai bahasa gaul, duh orang jaman dulu kayak aku gak ngerti...hehe...
BalasHapusjangan salahin facebook donk, salahin tuh yang menggunakan, blog juga bisa kok dibikin seperti itu
BalasHapusmang di pesbuk sering tercipta bahasa planet hehe
BalasHapuskunjungan balasan, met kenal
BalasHapusbetul, dalam hal tertentu kita memang ketinggalan kosa kata. kita lebih paham dengan kata upload ketimbang unggah, download ketimbang unduh. Jujur, perlu waktu sekian detik untuk memahami tombol unggah dan unduh di salah satu situs, tapi langsung paham ketika membaca upload dan download.
BalasHapushmm...itulah perkembangan teknologi. banyak orang yang akhirnya tidak mengindahkan lagi rambu2 tata bahasa. tak hanya jejaring sosial..dulu pertama kali ada fasilitas SMS, wuiih..kacau banget tuh bahasa yang dipakai. bner ga?
BalasHapusItu tidak lepas dari perkembangan jaman yang serba komputer. Jadi, tidak heran klo orang2 lebih mengenal kata upload,download dll.
BalasHapusiya aneh aneh aja ya orang facebook he.
BalasHapushmm, iia sih .
BalasHapustapi, kenapa nggak adain penyuluhan bahasa aja ?
agar kaum muda bangsa indonesia tidak terjebak dalam bahasa .
misal ibarat baru lahir, blm mengerti apa2, prtma kali dikenalkan dgn bahasa sprti itu, bagaimna ?
terimakasih :)