Bahkan, keduanya juga saling mengetahui kalau mereka senang menyodomi. Kuasa Hukum Babeh, Haposan Hutagalung, mengatakan bahwa Babeh kenal dengan Robot Gedek sekira 1993. Perkenalan tersebut terjadi karena mereka berdua sama-sama hidup di jalanan. “Babeh mengetahui jika Robot suka menyodomi dan memutilasi anak-anak jalanan. Begitu juga sebaliknya, Robot Gedek mengetahui kalau Babeh suka menyodomi dan memutilasi anak-anak,” kata Haposan.
Namun, menurut pengakuan Babeh, korbannya berbeda dengan korban Robot Gedek. Karena, Babeh tidak pernah menyodomi dan membunuh bersama Robot. “Kata Babeh, Robot mengambil korbannya sembarangan. Kalau Babeh lebih suka korbannya bersih dan terawat,” jelasnya. Haposan membantah jika Babeh pernah bersaksi dalam kasus Robot Gedek. “Babeh tidak pernah dipanggil sebagai saksi atas kasus Robot,” tuturnya.
Bahkan, polisi baru mengetahui kalau mereka saling mengenal saat pemeriksaan. Tetapi, tetap saja dia (Babeh) tidak ada kaitannya dengan apa yang dilakukan Robot Gedek. Karena itu, walaupun orientasi mereka sama yaitu seks tapi pola dan pembunuhan yang mereka lakukan sangat berbeda. Babeh akan membunuh korbannya jika menolak disodomi tapi kalau Robot Gedek memang selalu membunuh korban-korbannya.
Namun, sayangnya seluruh korban Babeh menolak untuk disodomi sehingga semuanya dibunuh. Seperti diketahui, Robot Gedek alias Siswanto ditangkap pada pertengahan 1996 lalu saat mengemis di Stasiun Tegal, Jawa Tengah. Dia ditangkap setelah polisi mendapatkan informasi terkait dengan pelaku mutilasi dan sodomi yang kerap terjadi di Jakarta Timur. Dari keterangan Robot saat menjalani pemeriksaan, dia kerap mencari korbannya di sembarang tempat.
Dia memang mengakui penyuka sesama jenis khususnya anak-anak. Namun, ketika melakukan aksinya dia selalu memutilasi dan membelek perut korban-korbannya. Jumlah anak-anak yang menjadi korban Robot cukup signifikan yaitu 12 orang. Akibat perbuatannya itu, Robot diganjar hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada tahun 1997. Namun, Robot meninggal pada 27 Desember 2007 di LP Nusakambangan karena sakit jantung sebelum dieksekusi.
Kriminolog Universitas Indonesia( UI) Adrianus Meilala mengatakan, pola pembunuhan yang dilakukan Babeh dan Robot Gedek memang berbeda. Namun, sasarannya tetap sama yaitu anak-anak jalanan. Bedanya, Babeh lebih selektif dalam memilih korban. “Mereka itu sama-sama penyuka anak-anak namun Babeh lebih berkelas. Latar belakang mereka juga sama yaitu sama-sama pernah menjadi anak jalanan,” jelasnya.
Adrianus memberi apresiasi kepada polisi yang berhasil mengungkap kasus ini. Dengan petunjuk yang sangat kecil akhirnya seluruh cerita pembunuhan berantai bisa terungkap. Selain itu, Adrianus juga meminta polisi lebih waspada lagi karena tidak menutup kemungkinan masih banyak Babeh-Babeh atau Robot Gedek lain yang masih bebas berkeliaran mencari mangsa anak-anak tak berdosa.
sumber: okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar