Minggu, 25 September 2011
Hingga saat ini
Para ilmuwan masih bertanya-tanya
apakah planet Pluto memiliki lautan.
Hal tersebut sangatlah beralasan
Pasalnya, temperatur permukaan
planet terjauh dari bumi itu berada di
kisaran -230 °C.
Dua orang ilmuwan dari University of
California (Guillaume Robuchon dan
Francis Nimmo), Santa Cruz,
mengungkapkan sebuah teori bahwa
keberadaan lautan bergantung pada
dua faktor yaitu ; jumlah potasium
radioaktif dalam inti Pluto dan
temperatur es yang menyelubunginya.
Hasil Pengukuran Terhadap kepadatan
planet tersebut menunjukkan bahwa
inti planet yang berupa batuan
mengisi 40 persen volume Pluto.
Apabila inti planet itu juga
mengandung konsentrasi potasium
sebanyak 75 part per milyar,
peluruhannya dapat menghasilkan
sebuah panas yang tentunya akan
dapat mencairkan lapisan es yang
menutupi serta menghasilkan
campuran nitrogen dan air.
Panas dari inti Pluto tersebut
kemudian akan memicu timbulnya
konveksi es di sekitarnya. Namun
apabila es bergolak terlalu cepat,
panas tersebut akan terlepas ke ruang
angkasa sebelum dapat melelehkan
lebih banyak lapisan es lagi.
Sedangkan apabila lapisan es yang
mulai mencair itu bergerak lebih
lambat dibandingkan gletser Antartika
di bumi, maka lapisan es setebal 165
kilometer di permukaan Pluto dapat
melindungi lautan dengan kedalaman
yang sama di bawahnya. Demikian
kesimpulan yang disampaikan oleh
para ilmuwan.
Tingkat viskositas es sangat
bergantung pada partikel-partikel es
yang ada, dimana partikel yang
berukuran kecil akan lebih mudah
mengapung di permukaan yang cair.
Meskipun begitu, sulit untuk
mengukur kondisi ini dari Bumi. Namun
bentuk Pluto dapat memberi petunjuk
mengenai keberadaan lautan di planet
itu.
"Sangat menarik untuk mengungkap
adanya potensi astrobiologis di planet
muda ini," kata Alan Stern, ilmuwan
senior New Horizons.i
Para ilmuwan masih bertanya-tanya
apakah planet Pluto memiliki lautan.
Hal tersebut sangatlah beralasan
Pasalnya, temperatur permukaan
planet terjauh dari bumi itu berada di
kisaran -230 °C.
Dua orang ilmuwan dari University of
California (Guillaume Robuchon dan
Francis Nimmo), Santa Cruz,
mengungkapkan sebuah teori bahwa
keberadaan lautan bergantung pada
dua faktor yaitu ; jumlah potasium
radioaktif dalam inti Pluto dan
temperatur es yang menyelubunginya.
Hasil Pengukuran Terhadap kepadatan
planet tersebut menunjukkan bahwa
inti planet yang berupa batuan
mengisi 40 persen volume Pluto.
Apabila inti planet itu juga
mengandung konsentrasi potasium
sebanyak 75 part per milyar,
peluruhannya dapat menghasilkan
sebuah panas yang tentunya akan
dapat mencairkan lapisan es yang
menutupi serta menghasilkan
campuran nitrogen dan air.
Panas dari inti Pluto tersebut
kemudian akan memicu timbulnya
konveksi es di sekitarnya. Namun
apabila es bergolak terlalu cepat,
panas tersebut akan terlepas ke ruang
angkasa sebelum dapat melelehkan
lebih banyak lapisan es lagi.
Sedangkan apabila lapisan es yang
mulai mencair itu bergerak lebih
lambat dibandingkan gletser Antartika
di bumi, maka lapisan es setebal 165
kilometer di permukaan Pluto dapat
melindungi lautan dengan kedalaman
yang sama di bawahnya. Demikian
kesimpulan yang disampaikan oleh
para ilmuwan.
Tingkat viskositas es sangat
bergantung pada partikel-partikel es
yang ada, dimana partikel yang
berukuran kecil akan lebih mudah
mengapung di permukaan yang cair.
Meskipun begitu, sulit untuk
mengukur kondisi ini dari Bumi. Namun
bentuk Pluto dapat memberi petunjuk
mengenai keberadaan lautan di planet
itu.
"Sangat menarik untuk mengungkap
adanya potensi astrobiologis di planet
muda ini," kata Alan Stern, ilmuwan
senior New Horizons.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar